Pengalaman Menjadi Teller Bank

Pekerjaan kedua setelah saya memutuskan untuk berhenti dari posisi sebagai reporter online pada akhir 2014 cukup absurd, kali pertama saya memutuskan untuk behenti, saya tidak berfikir untuk menjadi seorang frontliner bank, di benak saya yang ingin saya lakukan adalah berhenti menjadi pekerja lapangan dan duduk manis dibelakang meja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, sounds good, I CAN GET A NORMAL LIFE!!

ok, back to topic, bagaimana awalnya saya bisa "terdampar menjadi teller sebuah bank.
Bermula dari rekomendasi seorang sahabat yang menyampaikan kalau di banknya bekerja sedang membutuhkan beberapa orang untuk menjadi teller, maka melamarlah saya ke bank yang dimaksud, awalnya cukup pesimis juga, karena bank yang saya lamar bukanlah bank pemerintah baik mandiri, bni, bri atau sejenisnya, saya melamar di bank Panin, pikiran saya saat itu, ini bank segmented ke nasabah tiongkok peranakan, terlebih dengan wajah dan perawakan yang asli pribumi, apa iya mereka mau memperkerjakan saya? (walaupun nantinya pemikiran saya tidak sepenuhnya benar). hahaha

ok step pertama setelah mengirimkan berkas ke kantor pusatnya yang ada di Jakarta Barat, saya dipanggil untuk psikotes, disini layaknya bank lainnya psikotes standar dilakukan seperti tes pauli, menggambar pohon, menggambar orang,tes kepribadian, tes kreplin dan semacamnya, berbekal pengalaman psikotes di banyak tempat seusai lulus kuliah saya cukup lancar mengerjakan tes tersebut

kedua saya dipanggil untuk interview dengan tim HRD selang satu minggu saya melakukan psikotes sebelumnya, pertanyaan standar terjadi disini, seperti minat , bakat , kenapa ingin bergabung, dan lain sebaginya, satu pertanyaan yang cukup menohok adalah, saat ditanya "mengapa saya keluar dari media dan banting stir jadi pegawai bank, ditunjang jurusan yang tidak ada baground ekonomi sama sekali?". dengan cukup diplomatis saya jawab kalau hampir 50% para pekerja di bank bukanlah lulusan ekonomi, asal ada niat untuk belajar, siapapun bisa melakukannya, toh banyak juga yang lulusan ekonomi namun tetap masih membutuhkan latihan untuk menjadi seorang pegawai bank.

kembali, setelah seminggu saya dihubungi untuk diwawancara oleh kepala cabang yang nantinya akan menjadi atasan saya,pertanyaannya kurang lebih hanya melihat kesungguhan saya untuk menjadi seorang teller. tanpa menunggu lama, sang kepala cabang ternyata menyuruh saya untuk menunggu apakah saya diterima  atau tidak , selang 2 jam saya dinyatakan diterima dan diharuskan menjalani medical check up di lab prodia yang berada di kawasan tanah abang keesokan harinya.

keesokannya saya menjalani medical check up yang meliputi seluruh tubuh,mulai dari cek fisik, cek darah, mata dan rontgen, so far saya berpikir kalau kemungkinan saya di terima cukup besar, karena tidak ada hal fatal juga yang ada di tubuh saya.


tiga hari setelahnya saya dihubungi bagian HRD dan saya dinyatakan diterima, kurang dari satu bulan proses akhirnya saya diterima!!


ok first day, saya ditempatkan di kantor cabang ROXY MAS yang menurut senior saya disana, menrupakan salah satu cabang ramai yang ada di bawah KCU sangaji. awaknya saya berpikir kalau menjadi teler itu cuma sekedar terima uang- hitung- selesai, atau sebaliknya serahkan uang ke nasabah - cetak- selesai. Ternyata tidak segampang itu sodara sodara.

sebagai teller saya wajib mencatat semua transaksi didalan banyaknya aplikasi yang terpampang di layar monitor, saat inilah saya mulai mengenal istilah kliring, cash drawall, dan macam macam lainnya yang membuat saya lumayan semaput.

sebulan pertama saya belum diperbolehkan untuk login dan menerima nasabah, saya hanya memperhatikan dan mencatat semua proses transaksi yang terjadi, hingga saat akhirnya saya diizinkan untuk membuka kas sendiri dan menerima nasabah, ini adalah hal menegangkan buat saya, karena costumenya gak percaya TELLER BARU!!, ya mereka beberapa malah tidak mau dilayanin dengan saya karena saya baru dan takut transaksinya lama dan tidak beres.

well saya akui memang saya masih sering lupa dengan banyaknya kode yang dilakukan dengan bermacam transaksi itu, tapi kalau mereka takut saya melakukan hal aneh itu tidak masuk akal ,karena saya selalu didampingi Head Teller yang mengawasi dan mengajari langkah dan proses jika saya menerima satu transaksi.

salah satu resiko seorang teller yang paling menakutkan adalah UANG SELISIH, dimana setiap hari sebelum tutup kas, kita semua wajib mencatat fisik uang yang ada dan inputan aplikasi transaksi yang ada di komputer, istilahnya BALANCING, setelah 3 bulan bekerja, mimpi buruk ini datang, saya selisih!!, gak tanggung tanggung, selisihnya hingga sejuta, awalnya saya pikir itu hanya kesalahan pencatatan transaksi, atau salah hitung uang, namun setelah di cek berkali kali, uang memang hanya segitu dan transaksi saya tidak ada yang salah, jadi satu satunya kemungkinan adalah saya kelebihan memberikan uang saat transaksi ke nasabah, dan pada akhirnya saya pasrah dan mengganti kekurangan uang tersebut dengan kocek sendiri.

saya hanya bertahan kurang lebih 8 bulan bekerja di bank, banyak hal yang saya pelajari selama 8 bulan tersebut, dan setidaknya membuat saya lebih menghargai para teller bank yang sering dianggap lama dan lelet hingga menyebabkan antrian panjang di bank, padahal percayalah, mereka para teller lebih menginginkan hal itu tidak terjadi, seringkali, system lah yang menjadi masalah, dimana kita tidak bisa bekerja dengan baik.

setelah difikir fikir saya bekerja pergi pagi pulang petang memang terlihat mengasyikan, untuk 8 bulan tersebut saya bener bener mendapatkan "normal life" jakarta, dimana pergi macet , pulang pun macet, hehehe

dan setelah dipikir pikir, saya tidak cocok menjadi pekerja kantoran yang cuma duduk dibelakang meja dan melakukan hal yang sama setiap harinya, maka dari itu saya memutuskan utuk resign, kemana saya selanjutnya??? tunggu di postingan berikutnya...

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Mengikuti Tes CPNS

Mencicipi Martabak Teng GO!